Minggu, 05 Oktober 2014

Indahnya Berenang di Green Canyon

Pemandangan Alam di dataran bukit barisan sumatera Desa. Pulau Beringin Sumsel

Salah satu kekayaan alam Indonesia Penghasil Kopi terletak Di Kec.Pulau Beringin Kab.Oku Selatan Sumatera Selatan

Inilah adalah salah satu kekayaan alam di indonesia yang ada di gugusan bukit barisan pulau sumatera terletak di Kab. Oku Selatan Kec.Pulau Beringin Sumatera Selatan. disini hampir semua mayoritas masyarakat nya bertani kopi. di karena tempat topografi keadaan lingkungan yang subur dan sejuk memungkinkan untuk bertani salah satunya Kopi. sehingga semua masyarakat yang ada hampir semua nya bertani, bukan hanya bertani kopi tetapi juga bercocok tanam sayur sayuran. 

FotoKita.net

Tak Mudah Menemukan Solusi dalam Masalah Lingkungan Hidup

Tetapi, kabar baiknya, Asia menunjukkan solusi di tengah maraknya penurunan keanekaragaman hayati dunia.

Tak Mudah Menemukan Solusi dalam Masalah Lingkungan HidupIlustrasi, Thinkstockphotos
Hari ini (30/9), WWF secara global merilis Living Planet Report 2014, yaitu sebuah laporan berbasis analisis ilmiah tentang kesehatan Planet Bumi serta dampaknya terhadap aktivitas manusia. Menurut laporan tersebut, kota-kota di Asia menunjukkan adanya solusi ramah lingkungan dalam menghadapi permasalahan lingkungan global yang tingkat ancamannya semakin tinggi.
Solusi-solusi tersebut dibutuhkan sejalan dengan semakin mengkhawatirkannya status populasi satwa liar yang kian menurun tajam.
Laporan ini menyatakan bahwa populasi global untuk spesies ikan, burung, mamalia, amfibi dan reptil telah menurun 52% dalam kurun waktu 40 tahun. Pada periode tersebut, angka penurunan keanekaragaman hayati di kawasan Asia Pasifik berada tepat di bawah Amerika Latin.
Living Planet Report 2014 juga menunjukkan bahwa jejak ekologis (Ecological Footprint) –sebuah tolak ukur tuntutan kebutuhan manusia pada alam– terus mengalami peningkatan. Hilangnya keanekaragaman hayati dan jejak ekologis yang tidak berkelanjutan, dapat mengancam sistem alam dan kesejahteraan manusia. Namun sebaliknya dapat juga mengarahkan manusia pada tindakan yang dapat mengubah tren saat ini. 
“Keanekaragaman hayati merupakan bagian yang sangat penting dalam menyokong kehidupan di Bumi –dan merupakan barometer dari apa yang telah kita perbuat kepada planet ini. Kita sangat membutuhkan tindakan global yang berani di semua sektor kehidupan untuk membangunan masa depan yang berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal WWF Internasional, Marco Lambertini.
Ancaman-ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati global adalah penurunan kualitas dan hilangnya habitat, penangkapan dan perburuan satwa liar, serta perubahan iklim. Dari ribuan spesies yang dikaji dalam laporan ini, kawasan tropis mengalami kehilangan populasi sebanyak 56%, dibandingkan dengan kawasan beriklim sedang (dikenal dengan daerah temperate) yang hanya 36%.
Menurut CEO WWF-Indonesia, Dr. Efransjah, “Degradasi, fragmentasi dan hilangnya habitat adalah ancaman yang terus menerus terjadi bagi satwa-satwa terancam punah di Indonesia termasuk harimau sumatera, gajah sumatera, badak jawa, badak sumatera, orangutan sumatera dan orangutan kalimantan.
Kita harus menahan dan mencegah laju degradasi dan hilangnya habitat sebagai satu-satunya cara mempertahankan keberadaan spesies-spesies tersebut, demi sebuah masa depan yang berkelanjutan.”
Seiring dengan penurunan keanekaragaman hayati, peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi per kapita di Asia terus mendorong peningkatkan jejak ekologis di kawasan ini. Secara global, tuntutan kebutuhan manusia pada planet ini telah mencapai 50% lebih banyak dari apa yang alam dapat sediakan secara alami.
Dengan kata lain, dibutuhkan 1,5 Planet Bumi untuk dapat memproduksi kebutuhan-kebutuhan manusia saat ini.  
Living Planet Report 2014 dipublikasikan pada saat dimana sebagian besar populasi manusia hidup di perkotaan.
Di satu sisi, kawasan perkotaan di seluruh dunia bertanggung jawab atas lebih dari 70% pemanfaatan energi yang menimbulkan emisi karbon, tetapi di sisi lain juga berpotensi sebagai pusat produksi energi terbarukan dan efisiensi energi.
Memutuskan hubungan antara jejak ekologis dengan pembangunan merupakan prioritas utama yang diindikasikan oleh Living Planet Report 2014. Penelitian yang disajikan dalam laporan ini menunjukkan bawah terdapat kemungkinan untuk meningkatkan standar hidup dan pada saat yang sama membatasi pengunaan sumber daya alam. 
Living Planet Report 2014 merupakan edisi ke-10 dari publikasi utama dua-tahunan yang dirilis oleh WWF. Laporan ini mencatat lebih dari 10.000 populasi spesies vertebrata sejak 1970 hingga 2010, melalui Living Planet Index – sebuah database  yang dikelola oleh Zoological Society of London (ZSL). Pengukuran untuk Jejak Ekologi manusia dilakukan oleh Global Footprint Network (GFN).
Living Planet Index tahun ini menampilkan metodologi yang telah diperbarui sehingga lebih akurat dalam melacak keanekaragaman hayati global dan mampu menyediakan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan lingkungan hidup di sekitar kita.
Dengan penemuan yang mengungkapkan kondisi spesies dunia kian memburuk, laporan ini dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat madani (civil society) untuk berdialog, mengambil keputusan dan bertindak,  di masa yang sangat penting bagi planet ini.
Tidaklah mudah menemukan solusi-solusi inovatif dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup. Laporan ini pun memuat “One Planet Perspective” yang menyajikan bagaimana Asia dan negara-negara di belahan Bumi lainnya dapat menjaga jejak ekologis mereka sehingga tidak melebihi kemampuan planet ini untuk menyediakannya.
Juga ditampilkan contoh-contoh bagaimana masyarakat di Asia mengurangi jejak ekologis dan memutarbalikan hilangnya keanekaragaman hayati, seperti masyarakat Shanghai yang mendukung pemasangan panel surya, masyarakat Seoul yang berpartisipasi di “No Driving Day”, serta masyarakat Jepang di Kota Sendai yang mengembangkan peraturan green purchasing. 
Dr. Efransjah juga menambahkan,“Kita sebagai masyarakat, mempunyai kekuatan mengambil pilihan bijak menjalankan gaya hidup kita, agar tidak menambah tekanan pada Bumi dan menghindari hilangnya keanekaragaman hayati yang lebih banyak lagi. WWF juga terus mendesak sektor bisnis untuk melakukan transformasi dalam memproduksi berbagai kebutuhan kita, agar produk-produk yang dihasilkan tidak membahayakan Bumi kita.”
Dengan mengikuti program WWF, masyarakat dapat mulai mengubah haluan tren yang ditunjukkan dalam Living Planet Report 2014.
(Gloria Samantha)
NationalGeografiIndonesia

Dampak Perubahan Iklim pada Tanaman

Diprediksi perubahan iklim akan memberikan sejumlah konsekuensi bagi tanaman.

Dampak Perubahan Iklim pada TanamanTingkat CO2 di atmosfer yang lebih tinggi dapat mengurangi gizi pada tanaman seperti gandum di Drummond, Idaho. (Foto: Rich Reid, National Geographic Creative)
Berbagai analisis dan prediksi akan dampak perubahan iklim terhadap manusia telah terpapar nyata, seperti kenaikan muka air laut, badai, dan efek kesehatan. Demikian pula pada berbagai hewan.
Bagaimana dengan dampak perubahan iklim pada tanaman, yang tidak dapat berpindah tempat?
Sebelumnya peneliti pun sudah mencoba mengukur risiko yang dialami berbagai spesies akibat pemanasan global yang berlangsung cepat. Spesies-spesies yang ada sekarang ini dipetakan berdasarkan iklim untuk memprediksi yang akan terjadi di masa depan.
Dalam studi terbaru, para peneliti di Center for Environmental Science Lab-University of Maryland dan University of Vermont, AS, melakukan kajian soal ini. Namun, mereka telah mengembangkan pendekatan baru—dari pemodelan komputer digabungkan dengan analisis genetika. 
Ternyata, tidak semua spesies tumbuhan bereaksi dengan cara yang sama dalam merespon perubahan iklim yang tengah terjadi.
Peneliti mengambil sampel kode genetik 400 tanaman dari 31 daerah di bagian utara Amerika Utara. Hasilnya, tiap spesies punya cara unik atau berbeda untuk bertahan hidup dalam pemanasan global.
"Saat iklim berubah, organisme punya tiga pilihan: bermigrasi, beradaptasi, atau punah," ujar pemimpin ilmuwan Matthew Fitzpatrick, dari Center for Environmental Science University of Maryland.
Peningkatan adaptasi tanaman terhadap perubahan iklim dipelajari dengan mencari tahu gen mana yang mengendalikan hal tersebut dan bagaimana variasinya antarindividu, dia menjelaskan. Dengan begitu, dapat dilihat seperti apa perubahan iklim memengaruhi keragaman hayati.
Untuk pertama kali, peneliti juga mengidentifikasikan cara tanaman balsam beradaptasi untuk menghadapi iklim yang berubah. Studi mereka terbit dalam Ecology Letters edisi 1 Oktober lalu.
(Sumber: Science Daily)
NationalGeografiIndonesia

Kamis, 17 Januari 2013

kord gitar sarjana muda



kord gitar sarjana muda

lntro : Dm Bb C Dm

Dm             Am
Berjalan seorang pria muda

F                  C              Dm
Dengan jaket lusuh dipundaknya

Dm             Am
Di sela bibir tampak mengering
F                 C               Dm
Terselip sbatang rumput liar
Dm                          Am
Jelas menatap awan berarak
F                      C            Dm
Wajah murung smakin terlihat
Dm                                     Am
Dengan langkah gontai tak terarah
F                   C                Dm
Keringat bercampur debu jalanan

           F              C
Reff I : Engkau sarjana muda

           Dbdim       Dm
           Resah mencari kerja
           Bb            F              C
           Mengandalkan ijasahmu
           F             C
           Empat tahun lamanya
           Dbdim    Dm
           Bergelut dengan buku

           Bb         F                   C
           Tuk jaminan masa depan
                      Dm         Am
           Langkah kakimu terhenti

                   Dm       Am                   Dm
           Di depan halaman sebuah jawaban

lnt : Dm Bb C Dm
       Dm Bb C F Bb A

Dm                  Am
Termenung lesu engkau melangkah
F                  C                   Dm
Dari pintu kantor yang di harapkan
Dm                Am
Tergiang kata tiada lowongan
F                C                  Dm
Untuk kerja yang di dambakan
Dm                  Am
Tak peduli berusaha lagi
F                 C                           Dm
Namun kata sama yang kau dapatkan
Dm                             Am
Jelas menatap awan berarak
F                      C             Dm
Wajah murung smakin terlihat

             F              C
Reff II : Engkau sarjana muda
            Dbdim      Dm
            Resah mencari kerja
            Bb       F               C
            Tak berguna ijasahmu
            F            C
            Empat tahun lamanya
            Dbdim    Dm
            Bergelut dengan buku

Citra satelit sebagian wilayah Pasar 16 Ilir


Citra satelit sebagian wilayah Pasar 16 Ilir